Tips Memilih Apapun dalam Islam (Bag. 1)
Kehidupan tidak lain adalah tentang pilihan. Dari sejak memilih tempat tinggal, memilih sekolah dan perguruan tinggi, memilih pekerjaan atau usaha, memillih pasangan hidup, memilih kendaraan yang akan dibeli, memilih ketua RT, dan yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan saat ini adalah memilih presiden.
Manusia Awalnya Tidak Boleh Memilih...
Ketika masih berada dalam alam ruh dan belum dilahirkan ke dunia, seorang manusia sudah berikrar mengakui akan ke-Esa-an Allah.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”
Lalu manusia dilahirkan dalam kesucian/fitrahnya. Maka kedua orangtuanya yang akan pertama kali menentukan jalan hidupnya terkait konteks agama.
Ruh manusia yang berikrar sebagaimana di atas itu berada di bagian terdalam di diri manusia. Ada 4 lapisan manusiawi yang membungkus lapisan ruh yang paling dalam ini: lapisan fisik, lapisan pikiran, lapisan perasaan, dan lapisan bawah sadar.
Jadi jika ada yang berpikir atau merasa bahwa mereka tidak pernah berikrar tentang ke-Esa-an Allah pada saat masih menjadi ruh saja, maka pernyataan ini tidak bisa dibenarkan.
Mengapa?
Bagaimana dia bisa berpikir dan merasakan apa-apa yang diperbuat ruh-nya saat itu sedangkan lapisan perasaan dan pikiran belum ada. Bahkan lapisan jiwa/bawah sadar juga belum ada!
Dan jika ditanyakan lagi kepada diri mereka apakah mereka bisa menceritakan pengalaman saat masih berada dalam kandungan?
Mungkin secara bawah sadar semua pengalaman dalam kandungan sudah direkam, tapi secara sadar lapisan perasaan, pikiran, dan fisik yang gunanya menangkap informasi dari luar si bayi belum berkembang dengan baik. Sehingga biar diperas dengan cara apapun, lapisan pikiran dan perasaan tidak akan mampu memberikan jawaban.
... Lalu Manusia Diberikan Dua Jalan Pilihan Utama. Ya, Hanya Dua, Tidak Lebih...
"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."
Sebelum membicarakan secara detail jenis-jenis pilihan yang ada, berikut 2 pilihan utama manusia dalam hidupnya:
1. Jalan kefasikan (pembangkangan)
Ini adalah pilihan jalan yang buruk, yang mengantarkan pada pilihan-pilihan buruk yang selanjutnya.
2. Jalan ketaqwaan (ketaatan)
Sedangkan ini adalah pilihan jalan yang baik, yang akan mengantarkan pada pilihan-pilihan kebaikan selanjutnya.
Maka dua jalan utama ini dahulu yang harus jadi pertimbangan sebelum mengkaji pilihan-pilihan yang lebih dalam.
1. Jalan Kefasikan
Jika jalan kefasikan sudah dipilih oleh jiwa seseorang, maka semua pilihan yang ada sudah masuk dalam kerangka dan konteks kefasikan, baik yang tampak baik oleh pandangan manusia lainnya atau yang kelihatan buruk.
"Fasiq adalah menganggap bahwa dosa dan maksiat adalah hal yang biasa dan sulit untuk meninggalkannya."
Ada dua jenis kefasikan yakni orang fasik/fasiq kecil yaitu orang yang masih melakukan dosa atau maksiat walaupun masih ada iman dalam hatinya. Karena adanya iman ini, mereka masih malu kalau melakukan maksiat terang-terangan.
Tidak boleh menerima pernyataan atau kesaksian orang fasiq karena mereka mengutamakan kepentingan lahiriah. |
"Allah berfirman bahwa sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (jahuul/jaahil)."
Sehingga hukum-hukum buatan manusia adalah hukum kebodohan/jahiliyah jika dibuat untuk menandingi hukum-hukum Allah."
Mereka muslim tetapi mereka tidak sayang kepada umat Islam bahkan menindas umat Islam. Mereka lebih berpihak kepada kaum kafir dan bukan kepentingan-kepentingan umat Islam. Mereka menuduh tokoh-tokoh dan ulama-ulama Islam sebagai orang-orang yang bodoh, ketinggalan jaman, mendukung teroris, dan tidak modern.
"Para ulama adalah pewaris nabi."
Mereka bangga dengan akal licik dan perbuatan mereka yang semena-mena terhadap umat Islam. Karena pendeknya lapisan pikiran dan perasaan mereka, maka mereka cepat berprasangka buruk, merendahkan orang lain, dan tidak mau menerima kebenaran.
"Sombong adalah merendahkan orang lain dan tidak mau menerima kebenaran."
Jadi kalau memakai mobil lebih dari satu karena kebutuhan itu bukan sombong.
Bahkan memamerkan sesuatu kepada orang lain untuk tujuan positif (misal prestasi, anak-anak, harta benda, keshalehan pasangan) dengan tidak merendahkan orang lain tersebut dan tetap menerima kebenaran respon dan masukan orang lain atas sesuatu yang dipamerkan itu secara objektif, maka itu adalah salah satu cara dakwah dan meminta masukan orang lain.
Orang-orang fasiq adalah orang-orang yang sesat dan menyesatkan. Mereka tidak mau hukum Allah diterapkan di muka bumi manapun di dunia ini di mana ada mereka, baik itu ekonomi syariah atau peraturan-peraturan syariah lainnya.
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
Mereka malah tidak mendukung peraturan yang akan melarang mereka dalam mengumbar syahwat biologis mereka setiap saat seperti menolak undang-undang anti pornografi dan menolak aturan halal dalam produk makanan dan obat-obatan.
Mereka ingin sebebas-bebasnya hidup di dunia ini tanpa mau tahu dan peduli akan resiko yang akan mereka terima kalau tetap di jalan kefasiqan hingga bertemu dengan ajal di ujung jalan kefasiqan itu.
Dan fasiq besar ini bisa mengakibatkan seseorang menjadi murtad.
Apakah kita termasuk orang-orang yang mendukung mereka?
Naudzubillaahi min dzaalik.
Orang-orang Fasiq (Para Pembangkang Allah)
1. Pelaku dosa dan maksiat
Baik secara sembunyi (fasiq kecil) dan terang-terangan dan terbuka (fasiq besar).
2. Pendukung para pelaku dosa dan maksiat
Walaupun dia tidak melakukan dosa dan maksiat itu. Tapi dia tidak melarang atau mendoakan supaya pelaku dosa dan maksiat segera putar-balik ke jalan ketaqwaan.
Dia mendukung dan setuju jika orang-orang fasiq dijadikan acuan atau pimpinan-pimpinan mereka. Bukannya mendukung atau memilih orang-orang shaleh yang didukung oleh para ulama-ulama shaleh.
Para pendukung dosa dan maksiat (orang-orang fasiq). Mereka mengutamakan keperluan fisik/materi dan mengesampingkan pikiran, perasaan, dan jiwa fitrah manusia yang berakal budi. Jika dikaitkan dengan deskriminasi atau Indonesia tanpa deskriminasi, ini bukanlah deskriminasi, tapi memenuhi hajat hidup umat Islam yang mayoritas di Indonesia untuk bisa memiliki lingkungan hidup yang aman, bebas dari penyakit fisik dan sosial, transaksi judi miras dan pelacuran, demi membangun generasi sekarang dan generasi muda yang kuat dan berakhlak mulia. Semoga orang-orang fasiq ini segera berputar haluan untuk kembali ke jalan ketaqwaan dan pemerintah berlaku adil dengan seadil-adilnya bagi semua elemen bangsa. |
Terkait konteks pilih-memilih, jika seseorang yang fasiq akan membuat suatu pilihan, maka acuan utamanya adalah bagaimana lapisan fisik bisa mendapatkan keuntungan, kenyamanan, atau kenikmatan. Dan biasanya hal ini terkait dengan keuntungan materi.
Mengapa bisa begitu?
Karena perintah dan larangan Allah adalah untuk perkembangan dan manfaat semua lapisan manusiawi manusia, tidak hanya untuk lapisan fisik saja. Sedangkan orang-orang fasiq adalah orang-orang yang gemar berbuat dosa dan melakukan maksiat. Dan perbuatan dosa dan maksiat adalah dimulai dan terkait dengan lapisan fisik.
Karenanya, lapisan pikiran, lapisan perasaan, dan bahkan bisikan hati nurani/bawah sadar biasanya diturunkan prioritasnya terlebih dahulu oleh mereka para orang-orang fasik demi memenuhi keperluan lapisan fisik jangka pendek ini.
Sehingga hukum-hukum Allah yang seyogyanya memang didesain untuk kebaikan perkembangan semua lapisan manusiawi ini tidak terlalu mereka perhatikan. Karena kurang diperhatikan akibatnya lapisan-lapisan manusiawi lainnya semakin lama semakin tergerus dan mereka menuhankan lapisan pikiran dan perasaan mereka yang tidak berkembang bahkan sudah rusak.
Biasanya orang-orang fasiq ini tidak suka berguru dan memperdalam ilmu agama dan memudahkan masalah keagaaman. Sehingga perbuatan dosa baik dosa kecil atau dosa besar dianggapnya wajar dilakukan manusia, sedangkan katanya Allah Maha Pengampun.
Mereka tidak tahu bahwa ampunan Allah hanya bagi mereka-mereka yang bersungguh-sungguh dahulu menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Bukan untuk yang tidak mau belajar mengenal Allah dan Rasulnya melalui ajaran agama.
Jadi jika kita lihat diri sendiri atau orang lain yang biasa mendahulukan keperluan lapisan fisik, yang biasanya terkait dengan tubuh dan materi, dan mengesampingkan keperluan dan perkembangan lapisan manusiawi lainnya, dengan tidak mengacu kepada hukum-hukum Allah, maka berarti sudah tergolong orang-orang yang fasiq (pembangkang Allah).
Naudzu billaahi min dzaalik.
Salah jalan, harap segera berbalik arah. Sebelum terjadi kecelakaan fisik, pikiran, perasaan, dan jiwa. |
Kita Sudah Memilih
Jadi sebenarnya 1 dari 2 pilihan utama ini sudah selalu diambil oleh manusia baik secara sadar atau tidak. Tidak ada golput atau memilih kedua-duanya pada satu saat karena tidak dimungkinkan. Jika sudah mengambil jalan kefasikan, maka jalan itu yang harus ditempuh sampai kembali kepada jalan ketaqwaan/ketaatan atau ajal menjemput di ruas jalan kefasiqan itu. Dan demikian juga sebaliknya.
Maka salah satu hikmah puasa ini adalah memonitor dan mengontrol diri dari pemenuhan lapisan fisik yang berlebihan supaya kita juga memperhatikan perkembangan dan santapan intelektual dan rohani lapisan-lapisan lainnya.
Bersambung di Tips Memilih Apapun dalam Islam (Bag. 2).
Komentar
Posting Komentar