Shalat Sebagai Petunjuk Arah Kehidupan (Bag 1)

Shalat lima waktu
Hingga saat ini shalat adalah satu-satunya ibadah yang paling sering harus dilakukan yakni minimal 5 waktu dalam sehari.

Pada agama dan kepercayaan lain, tidak ada ibadah yang bisa menandingi shalat 5 waktu.

Hingga saat ini shalat juga adalah satu-satunya ibadah yang mengharuskan menghadap ke arah kiblat pada saat dilakukannya shalat itu. Tidak ada agama atau kepercayaan lain yang mewajibkan suatu ibadah dengan yang hal serupa ini.

Dan hingga saat ini juga, shalat adalah satu-satunya ibadah yang harus dilakukan dengan tatacara tertentu dan menggunakan bahasa tertentu yakni bahasa Arab dalam pelaksanaannya. Tidak boleh shalat dengan gangnam style atau jingkrak-jingkrak dan tidak boleh shalat pakai bahasa lain selain bahasa Arab. Kecuali bahasa isyarat bagi yang tidak mampu melaksanakan shalat baik dengan berdiri atau duduk.

Cukuplah umat Islam berbangga atas kekhasan dan kemuliaan ibadahnya yang diperintahkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad.


Shalat: 5 Waktu, Hadap Kiblat, Dengan Aturan/Cara Tertentu


Shalat 5 Waktu

Dengan melakukan shalat lima waktu di awal waktu dan berjamaah, berarti kita harus selalu menghargai dan disiplin waktu. Dengan modal kekayaan waktu selama 24 jam satu hari, sudahkah kita menghitung dan merencanakan penggunaannya?

Sama seperti kalau hari di mana besoknya kita akan gajian, sudah menghitung-hitung rencana penggunaan gaji itu.

Ingat lho bahwa waktu itu tidak sama dengan uang, tapi lebih berharga dari uang. Karena salah satunya adalah karena waktu yang telah lalu tidak akan pernah kembali lagi. Dipakai dengan baik atau tidak dipakai sama sekali, hangus.

"Dalam pepatah Arab, dikatakan bahwa: waktu lebih berharga daripada emas."
Pengelolaan atau manajemen waktu sangatlah penting dan tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari.

"Dalam suatu hadis dikatakan bahwa setiap orang menjadi pemimpin atas dirinya sendiri."

Maksudnya setiap orang menjadi pemimpin atas dirinya sendiri adalah diantaranya dia bertanggungjawab untuk menghitung modal waktu yang dimilikinya yakni 24 sehari, dan merencanakan alokasi penggunaan waktu sehari-harinya itu untuk apa saja.

Berapa waktu untuk shalat setiap harinya, untuk tidur, untuk bekerja, membaca Al Qur’an, menuntut ilmu agama dan dunia, mengamalkan ilmu agama, melakukan aktifitas sosial dan kemasyarakatan, membangun usaha mandiri, untuk keluarga, dan sebagainya.

Ada yang timeframenya harian, mingguan, dan bulanan. Tergantung pada kebutuhan dan urgensi masing-masing aktifitas itu.

Sebenarnya ini pekerjaan mendasar yang sangat mudah. Cukup dengan sehelai kertas dan pulpen maka perhitungan waktu dan perencanaan waktu bisa segera dibuat. Jika belum, lakukan segera supaya bisa segera menggunakan waktu dengan efisien dan efektif.


Allah Membantu Kita untuk Mengelola Waktu Dengan Memerintahkan Umat Islam Shalat

Jadi bisa dibuat program/agenda/acara harian dengan patokan waktu-waktu shalat. Jika shalat kita bisa selalu di awal waktu dan berjamaah, maka itu menjadi modal utama yang berarti kita bisa menggunakan dan memprioritaskan waktu untuk ibadah dan untuk keperluan lain dengan sebaik-baiknya.


Ada Yang Bilang Bahwa Shalat Itu Buang-buang Waktu Saja?

Manakah yang lebih buang-buang waktu dan tanpa arah dan aturan hidup, antara orang yang selalu bisa memperhitungkan dan merencanakan waktunya dengan sangat efisien dan efektif sehingga shalat selalu tepat waktu, tahu arah dan tujuan hidup ini, dan taat aturan hidup yang baik yang menuntun pada kesuksesan dunia dan akhirat?

Atau orang yang tidak shalat atau kurang sempurna shalat dan waktunya sehingga sukar untuk istiqomah pada arah dan tujuan hidupnya serta tidak biasa mengikuti aturan dan norma-norma untuk menjadi orang yang sukses baik di dunia dan akhirat?


Kenapa Shalat Harus Berkali-kali Setiap Hari Sih?

Kalau ada orang yang hanya menggunakan lapisan pikiran bertanya kenapa harus shalat berkali-kali tiap hari sampai minimal 5x sehari? Jawabannya adalah sama dengan kenapa manusia harus makan berkali-kali tiap hari. Kalau makan untuk memenuhi kebutuhan jasmani kalau shalat untuk memenuhi kebutuhan rohani.

Tapi kenapa kurang bisa dinalar dengan lapisan pikiran ya?

Ya karena ini bukan urusan lapisan pikiran tapi urusan lapisan perasaan hingga ke lapisan bawah sadar.

Apakah sampai ke lapisan ruh?

Ilmu kita tidak cukup sampai ke sana sebagaimana yang sudah Allah firmankan.

Dan apakah lapisan bawah sadar memprotes kenapa makan juga harus berkali-kali?

"Rasanya" tidak pernah. Jadi lapisan pikiran tidak selayaknya memprotes kenapa shalat juga harus berkali-kali.


Job Description: Tugas Utama untuk Lapisan Pikiran

Selain itu, lebih baiknya lapisan pikiran bekerja sesuai dengan areanya saja. Misal menguasai ilmu-ilmu matematika ekonomi, akunting, ilmu kimia, fisika dan astronomi, politik dalam dan luar negeri, pemerintahan, tata-kota, industri manufaktur, militer, dan lainnya yang memang menjadi bagian dari lapisan pikiran.

Sehingga hasil olah pikirnya pun akan lebih fokus dan tajam. Jangan mengurusi yang bukan bagian lapisan pikiran tapi akhirnya di areanya sendiri malah melempem, telmi, jaka sembung bawa golok, dan sejenisnya.

Jadi lapisan pikiran jangan dibiarkan membelot dan berasalan untuk tidak mengerjakan pekerjaan utamanya, malah mengurusi urusan lapisan-lapisan manusiawi lainnya.

Selain itu kasihan lapisan pikiran kalau dibiarkan berpusing-pusing dengan pekerjaan yang bukan di areanya. Malah pikiran jadi tambah suntuk dan tidak lepas.

Selain kenapa harus shalat tiap hari dengan niat, tatacara, dan bacaan yang bisa jadi itu-itu aja, begitu juga kenapa harus berdoa setiap hari dengan misalnya doa yang itu-itu aja?

Kenapanya tidak bisa dijawab oleh lapisan pikiran dan lapisan pikiran kurang mampu untuk mengerti lapisan perasaan dan bawah sadar.

Jadi lakukan saja, shalat saja, berdoa saja, walaupun itu-itu saja gerakan dan bacaannya. Walaupun kurang fasih dan tidak paham artinya dan masih terus belajar untuk bisa paham, lakukan saja. Karena bukan porsi lapisan pikiran untuk memikirkan hal ini.

Buktinya lapisan pikiran manusia terhebat sampai saat ini pun belum bisa menurunkan rumus perasaan dan bawah sadar dengan formula secara eksak. Bahkan teorinya pun saja belum ada!

Jadi katakanlah hingga saat ini lapisan pikiran hanya bisa menalar apa-apa yang tertangkap oleh panca indera dan efek-efek fisik yang terjadi dari hal-hal yang tidak bisa ditangkap langsung dengan panca indera manusia.


F1 Ferrari Crew Monitor Racing

“Pembalap F1 atau MotoGP saja selalu diingatkan oleh kru mereka dari pit tentang waktu, arah, dan aturan/cara-cara/strategi untuk memenangkan suatu pertandingan lho, masa kita ga mau diingatkan Allah? Apalagi setiap saat dimonitor para malaikat diantaranya Rakib dan Atid. Bisa dipecat dari kejuaraan hidup di dunia nih kita. Nauzubillahi min dzaalik. Oh ya kita doakan juga semoga diri kita, mereka-mereka, dan semua sahabat dan teman kita juga cepat bergerak kalau diingatkan Allah. Aamiin.”


Shalat lima waktu


Pertahankan shalat 5 waktu di awal waktu supaya mendapat 5 bintangnya shalat. Niscaya Allah memberikan kelonggaran waktu kepada kita. Mungkin variable tertentu dalam hukum dilatasi waktu diberikan lebih oleh Allah sehingga kita selalu merasa tenang, damai, dan nyaman dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Kita beraktifitas dan bekerja tidak diburu-buru waktu karena sudah bisa memperhitungkan dan memanfaatkan waktu, dan mendapat petunjuk melakukan pekerjaan secara efektif dan efisien.

Yaitu dengan shalat yang kita pertahankan untuk bisa dilakukan di awal waktu, di bagian paling depan menjadi jenderal shalat bintang lima. 

Mari kita coba.

“Waktu seperti pedang. Jika Anda tidak menguasainya, maka dia akan menebas Anda.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Umroh September 2020 Rp 19 Jtan *5

Ibadah Umroh (Yang Mitos vs. Yang Benar!)

Umroh Idul Fitri 2019 Takbir Kemenangan Di Tanah Suci